Pelopor Ilmu Fiqih Dan Taklid Selain Madzab Bahas Lengkap – Pada kesempatan ini akan membahas tentang ilmu fiqih. Yang mana dalam pembahasan tersebut mengenai pelopor ilmu fiqih atau pendiri dan taklid selain imam madzab dengan pembahasan lengkap dan mudah dipahami. Untuk lebih jelasnya silahkan simak artikel Pengetahuanislam.com mengenai pelopor ilmu fikih berikut ini.
Pelopor Ilmu Fiqih Dan Taklid Selain Madzab Bahas Lengkap
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa bahwa mempelajari ilmu fiqih tentunya sudah dapat kita rasakan. Namun apakah kalian tahu bahwa siapakah pelopor ilmu fiqih ini? lebih jelasnya lihat penjelasan berikut ini.
Pelopor Ilmu Fiqih
Pelopor atau Pengutip ilmu Fiqih adalah mereka para ulama mujtahidin yang sungguh sungguh berusaha dengan gigih mengutip ilmu Fiqih dari sumbernya. Yaitu mereka adalah para Imam Madzab yang empat.
1- Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah lahir di Kota Kufah pada tahun 80 H dan wafat pada tahun 150 H. Nama penuh beliau ialah Abu Hanifah Al Nu’man Bin Tsabit dan mazhabnya disebut Hanafi.
2- Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 95 H dan wafat pada tahun 179 H. Nama penuh beliau ialah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Abu Amir dan mazhabnya disebut Maliki.
3- Imam Syafi’i
Imam Syafi’i lahir di Ghaza Palestina pada tahun 150 H dibesarkan di Mekah dan wafat di Qorafah pada tahun 204H. Nama penuh beliau ialah Abu Abdullah Muhamad Bin Idris Bin Abbas Bin Uthman Bin Syafi’i Bin Sya’ibi Quraisyi Muthalibi (beliau dari keturunan Bani Hasyim bin Abdul Muthalib) dan madzabnya disebut Syafi’i. Keistimewaan Imam Syafi’i dibanding dengan Imam Mujtahidin lainnya yaitu bahwa beliau merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar-Risaalah dan kitabnya dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya ialah Al-Umm.
4- Imam Ahmad bin Hambal
Imam Ahmad bin Hambal lahir di Baghdad pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 241 H. Nama penuh beliau ialah Abu Abdullah Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal Bin Hilal Bin Asyadin Syaibani dan mazhabnya disebut Hambali.
Taklid selain Madzab 4
Taklid bukanlah tindakan atau sikap ikut-ikutan atau membebek, melainkan tindakan bijaksana dan hati-hati dalam beragama. Yakni demi keselamatan umat Islam dan diri sendiri, seperti yang dilakukan Imam Ghazali dan Imam Nawawi, mereka bertaklid kepada mazhab walaupun mereka adalah tergolong Mujtahid.
Taklid adalah mengikuti pendapat seorang mujtahid yang telah menggali hukum dari sumber-sumber aslinya, al-qur’an, sunnah, ijma’ dan Qiyas. Taklid merupakan kewajiban bagi orang yang tidak mampu mencapai tingkatan Mujtahid.
Dalam masalah taklid, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muqallid (orang yang bertaklid). Pertama, harus mengikuti salah satu dari empat mazhab resmi dalam Islam, yakni Hanafi, Maliki, Syafie, atau Hanbali. Para Jumhur Ulama bersepakat bahwa dilarang bertaklid kepada selain mazhab yang empat, walau untuk dikerjakan pribadi, apalagi untuk difatwakan.
Sekarang kenapa kita tidak boleh bertaklid selain dari 4 mazhab tersebut diatas?
Kita tidak boleh bertaklid selain 4 mazhab. Dalam hal ini, bukan berarti kita mengesampingkan ilmu dan ijtihad ulama dari selain mazhab empat, namun disebabkan kurangnya sikap perhatian murid-murid selain mazhab empat untuk menjaga pemikiran gurunya, sehingga dikhawatirkan terjadinya penyimpangan dan perubahan.
Contohnya: Imam al-Laith bin Sa’ad adalah hidup sezaman dengan Imam Malik. Imam as-Syafie telah menyatakan bahwa Imam AI-Laits lebih fakih daripada Imam Malik, tetapi sayang pengikut dan muridnya (al-Laits) tidak menyebarkan pendapat-pendapatnya.
Di Iraq pula terdapat Sufyan al-Thauri yang tidak kurang martabat kefakihannya dari pada Imam Abu Hanifah. Imam al Ghazali telah menganggapnya sebagai salah seorang Imam yang pintar di dalam fiqih.
Begitulah juga dengan Imam at-Tabari adalah seorang mujtahid. Beliau adalah imam di dalam fiqih, tafsir, hadis dan tarikh. Mazhabnya mempunyai pengikut, tapi sayang kemudian habis dan putus.
Di kalangan keluarga Rasulullah saw pula terdapat Imam Ja’far as-Shadiq. Ia adalah mujtahid serta diakui ahli sunnah. Begitu pula Mazhab Zaidiyah yang dianut sebagian kecil masyarakat Yaman, berasal dari Imam Zaid bin Ali bin al-Husain. Dunia Islam bukan tidak mengakui kemampuan dan kehebatan kedua Imam ja’far dan Zaid sebagai mujtahidin, karena selain sebagai pemikir Islam yang memiliki martabat yang tinggi dalam tingkat keilmuan, beliau tergolong ulama yang saleh. Hanya saja, murid-muridnya mengabaikan usaha gurunya, sehingga tak mampu menjaga hasil karya mereka.
Munculnya 4 Mazhab
Kemudian, ada 4 mazhab. Mengapa timbul mazhab mazhab lain? Kita tidak sebut selain empat mazhab mereka adalah mazhab-mazhab yang sesat. Sebab dalam Islam lahir 73 mazhab (aliran). Dari 73 mazhab itu ada 72 mazhab sesat. Hanya satu saja yang tidak sesat yang dikatakan aliran ahli sunnah wal jamaah. Dari aliran itu timbul 4 mazhab. Inilah mazhab-mazhab yang sah, yang dianggap satu aliran yaitu ahlisunnah wal jamaah.
Mazhab yang 4 ini dianggap satu, yang dikatakan mazhab yang berpegang pada ahli sunnah wal jamaah. Perbedaan antara 4 mazhab hanya pada bab-bab furu’, bukan pada bab-bab pokok (hukum). Perbedaan mereka bukan masalah-masalah aqidah, bukan masalah usuluddin, hanya bab furu’ ada kelainan sedikit.
Dan yang selain dari mazhab yang 4 ini, tidak terkenal. Kitab-kitab mereka tidak ada, dan banyak yang sudah hilang, makanya tidak bisa dijadikan bahan rujukan. Adapun 4 mazhab ini ada kitab-kitab dan ada rujukan mereka. Imam Malik ada kitabnya yang terkenal “Al-Muwattha’”. Imam Syafi’i ada kitabnya Ar-Risaalah dan kitabnya dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya yaitu Al-Umm.
Kedatangan pakar-pakar hadist adalah setelah datangnya para Imam Mazhab. Para Imam mazhab datang di kurun yang pertama. Pakar-pakar hadist datang di kurun yang ke 3. Maka dari itu kebanyakan pakar-pakar ilmu hadist mereka bermazhab. Mereka itu kebanyakannya bermazhab Syafi’e. Padahal hadist di kepala mereka. Bahkan ada di kalangan mereka yang hafal Al Quran. Artinya tempat rujuk ada pada mereka. Seharusnya mereka bisa dan mampu buat mazhab tetapi mereka tidak buat. Mereka bermazhab kepada mazhab Syafi’i.
Karena sekarang ini, orang sangat mudah menolak mazhab. Sedangkan pakar hadist pun bermazhab. Merujuk pada Mazhab Syafi’e. Jadi jangan mudah terpengaruh. Pakar hadist pun ikut mazhab. Masa kita tidak ikut mazhab sedangkan kita ini, satu ayat pun tidak faham. Apalagi beribu-ribu hadist.