Kisah Nabi Zakaria As Saat Bersama Maryam Binti Imran – Pada kesempatan kali ini Pengetahuan Islam akan menceritakan tentang Kisah Nabi Zakaria. Dalam pembahasan kali ini akan menjelaskan saat Nabi Zakaria di beri amanah untuk mengasuh Maryam. Untuk lebih detailnya silahkan simak artikel di bawah ini.
Kisah Nabi Zakaria As Saat Bersama Maryam Binti Imran
Nama Nabi Zakaria As disebut di dalam Al-Quran sebanyak delapan kali. Menurut riwayat yang ada, Nabi Zakaria diangkat menjadi seorang utusan Allah, tepatnya pada saat Nabi Zakaria berusia 90 tahun dan ditugaskan untuk membimbing kaum Bani Israil di Palestina.
Nabi Zakaria As mempunyai seorang putra yang bernama Yahya As. Sepanjang hidupnya, Nabi Zakaria As sangat mendambakan seoarang anak, supaya bisa meneruskan perjuangannya.
Nabi Zakaria As mempunyai saudara yang bernama Imran dan istrinya Elisabet. Dalam riwayat lain di tuturkan bahwa istrinya bernama Al-Yashbi’. Yang mana beliau masih dalam keturunan dari Harun As.
Nabi Zakaria Di Utus Menjadi Nabi
Ketika Nabi Zakaria telah di angkat menjadi seorang Nabi, beliau selalu berdoa siang malam kepada Allah agar di berikan seorang anak, supaya nanti bisa meneruskan dakwahnya pada kaum Bani Israil. Karena Nabi Zakaria sangat khawatir akan kondisi kaum bani israil pada saat itu.
Beliau sangat khawatir jika pada suatu saat kaum Bani Israil akan kembali pada cara hidup mereka yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, terlebih-lebih jika umatnya akan mengubah isi kitab peninggalan Nabi Musa yakni kitab taurat dengan kehendak mereka sendiri.
Kisah Nabi Zakaria A.S. Dan Maryam Binti Imran
Maryam adalah merupakan anak tunggal dari saudaranya yaitu Imran, beliau adalah seorang tokoh pemuka agama kaum Bani Israil. Di sisi lain Ibu Maryam masih saudara ipar dari Nabi Zakaria As.
Di ceritakan, bahwa ibunya Maryam merupakan seorang perempuan bisa mempunyai keturunan, sehingga semenjak menikah dengan Imran ia sama sekali belum pernah merasakan kebahagiaan yang sejati, karena belum di karuniai anak satu pun.
Suatu ketika, beliau merasa bersedih ketika melihat seekor burung yang sedang memberi makan anaknya. Dilain waktu, beliau juga diperlihatkan pada seorang ibu yang sedang mengandut, hal itulah yang memicu istri Imran merasa sedih dan terus membuatnya ingin segera di anugrahi seorang anak.
Waktu terus berlangsung, umurpun sudah semakin berkurang, namun, keinginan untuk memiliki keturunan belum juga dikabulkan oleh Allah. Berbagai cara dan beribu nasihat telah beliau lakukan, namun tetap saja belum berhasil.
Dan pada akhirnya istri Imran pun menyadari bahwa semua daya dan upaya semuanya kehendak Allah. Maka dari itu, beliau pun membulatkan harapannya hanya meminta kepada Allah swt. Beliau pun bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati meminta kepada Allah.
Begitu pula dengan Imran, yang bernazar dan berjanji kepada Allah jika permohonannya dikabulkan, maka Imran akan mengikhlaskan anaknya untuk dijadikan pelayan, penjaga, dan mengabdikan sepenuhnya pada Baitul Maqdis. Karena keikhlasannya, beliau sama sekali tidak mempunyai rencana untuk mengambil manfaat dari anaknya.
Sebagai bentuk keimanan Imran terhadap Allah, maka segala usaha dan upaya Imran istrinya pun tak sia-sia. Allah telah menerima permohonannya serta mengabulkan doanya sesuai dengan apa yang telah di tetapkan di lauhul mahfud. Bahwa akan di lahirkan seorang nabi besar dari keturunan Imran.
Tak lama kemudian, mucullah tanda-tanda kehamilan pada istri Imran yaitu dengan semakin membesarnya perut istri Imran.
Melihat karunia tersebut, istri Imran merasa sangat bahagia karena keinginan yang selama ini ia dambakan akhirnya di kabulkan oleh Allah. Yang akan menambah keharmonisan rumah tangganya, beliau pun mulai memeprsiapkan apa yang akan menjadi kebutuhan calon anaknya.
Namun, semua itu tidak sama dengan yang di harapkan oleh istri Imran. Beliau kembali diberi cobaan oleh Allah, yang mana suami tercinta yakni Imran, telah di panggil terlebih dahulu oleh Allah swt sebelum anaknya lahir ke dunia.
Rasa sedih pun di rasakan oleh isteri Imran, karena ditinggalkan oleh suami tercinta di tambah lagi beliau masih hamil tua. Namun setelah di tinggal wafat oleh Imran, Tak lama kemduain, istri Imran pun melahirkan. Namun bayi yang lahir tidak sesuai dengan harapan mereka. Karena bayi yang di lahirkan adalah sosok perempuan, yang di beri nama Maryam.
Pada awalnya Imran dan istrinya sangat berharap bahwa bayi yang dilahirkan adalah bayi laki-laki. Disamping itu beliau juga telah bernazar ketika anak yang di lahirkan adalah putra maka kelak akan di serahkan pada Baitul Maqdis.
Kemudian istri Imran pun mengadu kepada Allah,
“Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis”.
Kelak Allah akan menjadikan Nabi Zakaria As sebagai wali yang akan senantiasa menjaga Maryam.
Setelah Maryam di serahkan ke baitul maqdis, para rahib kemudian saling memperebutkan Maryam untuk diasuh dan merawatnya. Melihat kondisi yang semakin ricuh, maka terjadilah proses pengundian untuk hak asuh Maryam. Dan pada akhirnya undian tersebut jatuh kepada Nabi Zakaria sebagaimana tela dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Nabi Zakaria As Mengasuh Maryam
Setelah diputuskan bahwa hak asuh Maryam jatuh kepada Nsbi Zakaria, Nabi Zakaria As pun bersyukur dan merasa bahagia karena bisa merawat Maryam dengan sah, apapun yang terjadi beliau akan merawat dan melindungi Maryam dari apapun. Karena menigngat Maryam adalah anak dari saudaranya sendiri yaitu Imran.
Disamping itu, beliau Nabi Zakaria juga belum di karuniai anak, beliau juga sangat bersabar untuk dianugerahi seorang anak oleh Allah. Beliaupun menganggap Maryam sebagai putrinya sendiri. Bahkan Setiap waktu Nabi Zakaria As selalu menjenguk untuk melihat keadaan, serta mengurus segala keperluan Maryam sehari-harinya. Nabi Zakaria pun Tidak pernah lalai sedikitpun dalam menjalankan amanahnya.
Rasa cinta dan kasih sayang Nabi Zakaria As terhadap Maryam sungguh luarbiasa, bahkan ketika Nabi Zakaria tau ketika Maryam bukanlah wanita seperti umumnya, beliau pun hormat dan takzim kepada Maryam. Karena Maryam adalah merupakan wanita pilihan Allah yang diberikan amanat serta kedudukan mulia di masa yang akan datang.
Di kisahkan Pada suatu hari, bahwa ketika Nabi Zakaria As datang untuk mengunjungi Maryam, ternyata Maryam sedang berdzikir dan bersujud kepada Allah. kemudian anehnya lagi ketika ada buah-buahan yang tergeletak di hadapan Maryam namun Maryam tak sedikitpun juga tergoda akan semuanya.
Saat itu pula Nabi Zakaria mulai bertanya-tanya di dalam hati, dari mana asal mula datangnya buah-buahan tersebut. Sementara pada saat itu masih musim dingin, yang mana sulit untuk dapat menghasilkan buah-buahan semacam itu. Disamping itu, tak pernah ada seorang pun yang datang menjenguk Maryam dan membawakan buah-buahan tersebut selain dirinya.
Kemudian Nabi Zakaria As pun bertanya pada Maryam,
“Wahai Maryam, dari manakah sala mulanya engkau mendapat rizki ini, sementara, tidak ada seorang pun mengunjungimu selain aku, dan engkau juga tidak pernah meninggalkan mihrabmu? Selain wahai Maryam, buah-buahan ini hanya bisa kita temui saat musim panas”?.
Lantas Maryam pun menjawab pertanyaan Nabi Zakaria, Wahai Nabiyulloh
“Inilah pemberian Allah untuk ku tanpa harus aku berusaha dan meminta. Kengapa engkau merasa heran? Bukankah Allah dzat yang maha memberi?”.
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Zakaria pun mengakui ke’aliman dan mukjizat Maryam, yang mana kelak akan lahir nabi besar dari dirinya yaitu Nabi Isa As. Kisah ini di jelaskan dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 35-37 dan 42-44.
Zakaria Berdoa Kepada Allah Agar Mendapatkan Keturunan
Pada suatu malam Nabi Zakaria As bermunajat memohon kepada Allah,
“Ya Allah, berikanlah aku seorang keturunan agar bisa mewarisi sebahagian dari keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan perjuangan agamu islam kepada Bani Isra’il”.
Karena Nabi Zakaria As cemas apabila kelak beliau tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan perjuanganya dalam memperbaiki akhlak Bani Israil.
Tak lama kemudian, Allah Mengabulkan do’a Nabi Zakaria dengan turunnya firman Allah,
“Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang shaleh dan membenarkan kitab-kitab ku, ia akan menjadi pemimpin dari segalanya, termasuk godaan syaiton, dan kelak akan di jadikan seorang Nabi.”
Selanjutnya Nabi Zakaria pun berkata:
“Ya Allah, bagaimana aku bisa mendapatkan keturunan sedang istriku mandul dan usiaku pun dudah berlanjut”.
Allah pun berfirman:
“Hal demikian itu adalah mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali.”
Akhirnya Nabi Zakaria berkeyakinan penuh dengan janji Allah. Tak lama kemudian istri Nabi Zakaria hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Yahya. Seperti yang dijanjikan oleh Allah, kelak Yahya juga akan di jadikan seorang nabi seperti sang ayahnya.
Demikianlah Kisah Nabi Zakaria As Saat Bersama Maryam Binti Imran, semoga dapat memberikan bermanfaat dan mengambil hikmahnya.