Kisah Nabi Ismail As Dan Detik-Detik Munculnya Air Zam-Zam – Dalam kesempatan kali ini Pengetahuan Islam akan menceritakan tentang kisah Nabi Ismail. Dalam pembahasan kali ini menjelaskan tentang suka duka Nabi Ismail As dan keistimewaannya. Untuk lebih detailnya silahkan simak artikel di bawah ini.
Kisah Nabi Ismail As Dan Detik-Detik Munculnya Air Zam-Zam
Nabi Ismail As adalah putera dari Nabi Ibrahim dan Hajar, dan mempunyai satu adik yaitu Nabi Ishaq As. Nabi Ismail As tinggal di Amaliq untuk berdakwah kepada Qabilah Yaman, dan Makkah. Nama Nabi Ismail As tercatat di dalam Al-quran sebanyak dua belas kali. Dan nama beliau berasal dari dua kata yakni, “Dengarkan” (ishma’) dan “Tuhan” (al/il), yang mana artinya adalah “Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan.”
Nabi Ismail As menikah dengan Umara binti Yasar bin Aqil. Namun pernikahan itu berujung dengan perceraian, perceraian ini murni dari Nabi Ismail yang meminta. Yang kemudian Nabi Ismail menikah dengan Sayiida binti Mazaz bin Umru.
Nabi Ismail Dan Hajar Di Tinggalkan Oleh Ayahnya Nabi Ibrahim
Kejadian ini berawal dari kecemburuan Sarah terhadap Hajar istri kedua Nabi Ibrahim.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:
“Orang Pertama yang menerapka setagi {setagen} adalah Hajar istri Nabi Ibrahim, dengan tujuan menyembunyikan kandungannya dari Sarah. Karena sarah sudah lama menikah dengan Nabi Ibrahim, namun belum di karuniai anak. Akan tetapi cara hajar untuk menyembunyikan kandungan akhirnya terbongkar dengan lahirnya Nabi Ismail As.
Setelah mengetahui semuanya, tentunya Sarah merasa telah dikalahkan dan cemburu terhadap Hajar karena Nabi Ibrahim memberikan perhatian lebih kepada Hajar karena putranya, semenjak itulah rumah tangga Nabi Ibrahi mulai retak. Sehingga membuat Sarah tidak tahan hati jika melihat Hajar. Kemudian Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim As supaya menjauhkan Hajar dari matanya.
Setelah peristiwa yang di alami Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Ibrahim di beri wahyu oleh Allah, supaya semua keinginan dan permintaan Sarah agar dipenuhi. Kemudian dengan rasa berat hati Nabi Ibrahim pun membawa Hajar dan Ismail keluar dari mesir tanpa arah dan tujuan. Beliau hanya membawa mereka keluar dari rumah.
Namun Nabi Ibrahim tetap bertawakkal dan berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada untanya.
Setelah berminggu-minggu Nabi Ibrahim serta Anak dan Istrinya berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim As di Makkah.
Yang mana sekarang menjadi Masjidil Haram, kemudian berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya.
Di situlah Nabi Ibrahim As meninggalkan Hajar bersama Nabi Ismail, dengan hanya dibekali dengan bekal dan minuman seadanya.
Sedangkan keadaan di sekitarnya tidak ada satupun tumbuh-tumbuhan, bahkan air yang mengalir, yang terlihat hanyalah hamparan batu dan pasir kering.
Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim seorang diri bersama anaknya yang masih kecil. Yang mana di tempat yang sunyi senyap dari apapun terkecuali hanya batu gunung dan pasir.
Setelah Nabi Ibrahim As mendengar keluh kesah Hajar, Beliaupun merasa tidak tega untuk meninggalkan Hajar seorang diri bersama puteranya yang sangat beliau sayangi.
Akan tetapi Nabi Ibrahim sadar bahwa semua yang telah beliau lakukan adalah perintah Allah swt. Sehingga membuat yakin Nabi Ibrahim As akan hikmah di balik semua ini.
Sengga Nabi Ibrahim pun memberi motivasi kepada Hajar.
“Wahai Hajar, bertawakal-lah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepadanya dan rahmat-Nya. Allah lah yang memerintah aku membawamu ke tempat ini, maka Allah lah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dari Allah, tidak akan aku tega meninggalkanmu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat kucintai. Percayalah wahai Hajar, bahwa Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya tidak akan melantarkanmu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun kepadamu untuk selamanya, insya-Allah.”
Setelah mendengar kata-kata Ibrahim, kemudian Hajar merelakan kepergian beliau untuk kembali ke Palestina. Bersamaan dengan iringan air mata yang menetes membasahi di wajah Nabi Ibrahim As.
Dalam perjalanan menuju palestina, beliau pun tidak henti-hentinya memohon kepada Allah akan perlindungan, rahmat dan barakah serta kurnia rezeki untuk putra dan ibunya yang ditinggalkan beliau tinggalkan.
Nabi Ibrahim berkata dalam doanya:
“Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitullah) di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mereka mendirikan salat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu.”
Munculnya Mata Air Zamzam
Saat Nabi Ibrahim As meninggalkan istrinya dan Ismail di padang sahara. Hajar yang masih dalam kondisi menyusui Ismail mulai merasakan kehausan karena terik matahari di posisi padang sahara.
Setelah dua hari di padang sahara, Hajar kehabisan air dan air susu Hajar pun tak keluar lagi. Hajar dan Ismail pun sangat merasakan kehausan, dan makanan pun sudah tiada, sehingga pada saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa, sudah tak terbayangkan lagi bagi kita, bagaimana rasanya kehausan di padang sahara yang tak ada air yang mengalir ataupun pepohonan yang tumbuh.
Nabi Ismail pun mulai menangis karena kehausan, Hajar pun pergi meninggalkan Nabi Ismail untuk mencarikan air. Hajar pun berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu tempak yakni gunung Shafa.
Beliau Pun mendaki dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan matahari dan menoleh kesana-kemari-kemari untuk mencari sumber. Namun tak beliau dapatkan.
Beliau Pun segera turun dari Gunung Shafa untuk mencari sumber di tempat lain, beliau pun berlari-sari sampai akhirnya tiba lah Hajar ke suatu tempat yakni gunung Marwah.
Beliau pun mendaki Gunung Marwa untuk melihat apakah ada seseorang, namun beliau tidak melihat satu orang pun.
Beliau pun kembali menemui Ismail, namun Nabi Ismail masih saja dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun semakin bertambah.
Beliau pun segera kembali menuju Gunung Shafa dan berdiri di atasnya, dan kemudian beliau pergi menuju Gunung Marwah guna mencari pertolongan.
Beliau pun tidak henti-hentinya mondar mandi di antara dua gunung tersebut sebanyak tujuh kali.
Maka dari itu, orang-orang yang berhaji di wajibkan berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Hal ini adalah sebagai peringatan bagi kita, bahwa ibu kita atau mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.
Setelah bolak balik sebanyak tujuh kali, Beliau pun kembali menemui Nabi Ismail dalam keadaan letih dan kehausan, beliau pun duduk di sisi Ismail yang masih menangis.
Di tengah-tengah keadaan tersebut, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada Nabi Ismail. Ismail pun memukul-mukul kan kakinya ke tanah dalam keadaan masih menangis, saat itulah muncul sumber Air dari tanah yang di pukuli oleh Nabi Ismail As. Yang sampai saat ini masih ada keberadaanya yaitu Air Zamzam. Sehingga kehidupan Hajar dan Ismail pun terselamatkan dari kehausan.
Hajar pun tak lupa untuk bersyukur kepada Allah. Beliau Pun mengambil air tersebut dengan tangannya untuk Nabi Ismail dan Beliau sendiri. Atas adanya Air Zam-Zam tersebut bersemilah kawasan di padang sahara, dan beliau pun tercukupi.
Sungguh benar apa yang Wahyu kan oleh Allah, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan hambanya, selama mereka masih berada di jalan-Nya.
Kafilah musafir pun mulai tinggal di kawasan tersebut dan mereka pun mengambil air untuk kebutuhannya dari sumur zamzam.
Tanda-tanda kehidupan pun mulai terlihat di daerah tersebut. Nabi Ismail pun mulai tumbuh besar bersama ibunya yaitu Hajar.
Perintah Menyembelih Nabi Ismail
Pada suatu malam, nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya dimana beliau diperintahkan oleh Allahuntuk menyembelih anaknya ismail.
Mimpi itu pun membuat hati Nabi Ibrahim bergejolak. Namun Sebagai utusan Allah, Nabi Ibrahim tidak “menggugat” perintah Allah SWT.
Setelah itu Nabi Ibrahim As masih berpikir bagaimana caranya menyembelih Ismail. Namun Nabi Ibrahim memberanikan diri untuk langsung berbicara kepada Ismail, karena lebih membuat Nabi Ibrahim tenang. Kemudian, Nabi Ibrahim As pergi untuk menemui Ismail, saat itu Ismail masih tumbuh remaja.
“Ibrahim: ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelih mu, maka bagaimana pendapatmu. ” (QS. Asha-ffat: 102)
“Ismail : “Wahai ayahku, kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapati ku sebagai orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat: 102)
Setelah mendengar jawaban dari Ismail, Nabi Ibrahim pun merasa lebih tenang hatinya, karena Ismail telah memberi motifasi kepada Ayahnya untuk menunjukkan kecintaanya kepada Allah SWT.
Allah Swt telah menjelaskan di dalam Al-quran, bahwa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, begitupun sebaliknya.
Kemudian Nabi Ibrahim As mengangkat pisaunya sebagai perintah Allah SWT:????
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyata lah kesabaran keduanya).” (QS. ash-Shaffat: 103)
Saat pisau Nabi Ibrahim sudah siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT pun memanggil Nabu Ibrahim As. Selesailah ujian Nabi Ibrahim, Allah pun menggantikan Ismail dengan kurban yang sangat besar.
Peristiwa inilah yang diperingati Orang muslim sebagai hari raya Idul Adha, yang mana hari raya yang mengingatkan kepada beliau tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di sebarkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Ismail Membantu Ayahnya Membangun Kabah
Nabi Ismail As dibesarkan di kota Makkah (pekarangan Kabah). Setelah dewasa, beliau menikah dengan wanita dari Suku Jurhum. Walaupun tinggal di Makkah, Nabi Ismail As sering dikunjungi oleh ayahnya.
Sekitar tahun 1892 SM, Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu pun disampaikan kepada Nabi Ismail. Nabi Ismail pun berkata:
“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”
Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:
“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.”
Kemudian Malaikat Jibril datang menemui Nabi Ismail untuk memberi ilham supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Ayahnya Nabi Ibrahim. Setiap kali beliau bekerja membangun Ka’bah, beliau selalu berdoa memohon kepada Allah:
“Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Bangunan Ka’bah pun mulai tinggi dan Nabi Ibrahim pun makin lemah untuk mengangkat batu. Beliau pun berdiri di satu sudut dekat Ka’bah, dan kini dikenali sebagai Maqam Ibrahim.
Ismail Diangkat Menjadi Nabi
“Dan ceritakan lah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Quran). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam [19]: 54)
Setelah sekian lama Ismail mendampingi ayahnya menyebarkan agama Allah. Beliau pun diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul.
Karena selain memiliki akhlak yang mulia. Nabi Ismail juga sangat taat kepada Allah SWT, berbakti kepada kedua orang, menepati janji, dan bijaksana.
Nabi Ismail As di tugaskan berdakwah di kota Makkah untuk mengajak dan mengingatkan umat manusia agar menyembah Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya.
Nabi Ismail As wafat di kota Makkah. Tempat wafatnya dinamakan Hijr Ismail. Yang sampai saat ini pun masih ada keberadaannya yang bertempat di sebelah bangunan Ka’bah. Sedangkan Nabi Ismail As di karuniai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang dinikahkan dengan anak saudaranya, yaitu Al-’Ish bin Ishak.
Dari keturunan Nabi Ismail As lah lahir Nabi yang menjadi penyempurna agama islam yakni Nabi besar Muhammad Saw.
Demikianlah Kisah Nabi Ismail As Dan Detik-Detik Munculnya Air Zam-Zam semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.