Cerita Ayah Nabi Ibrahim Yang Tidak Iman Kepada Allah – Kisah Islami di bawah ini merupakan lanjutan dari cerita nabi ibrahim sebelumnya. Yang menceritakan usaha nabi ibrahim untuk menyadarkan ayahnya dan kaumnya yang masih menyembah berhala, agar beralih untuk beriman kepada Allah Swt. dengan pembahasan lengkap dan mudah dipahami. Untuk lebih detailnya silahkan simak artikel Pengetahuanislam.com dibawah ini.
Cerita Ayah Nabi Ibrahim Yang Tidak Iman Kepada Allah
Dalam kisah sebelumnya di ceritakan bahwa nabi ibrahim mencari tuhan dengan melihat hal yang ada di sekitar nabi. Karena kerajaan babylon yang pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera serta serba kecukupan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi dalam hidup rohani mereka berada ditingkat jahiliyah.
Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Nabi ibrahim menasihati ayahnya agar meninggalkan berhala
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan orang-orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya, bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkan memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dengan kata kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutus oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti kaumnya yang lain padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian dan musibah. Diterangkan pula kepadanya bahwa penyembahan kepada berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak nabi adam as diturunkan ke bumi.
Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Ayah Nabi ibrahim murka kepada ibrahim
Aazar, ayah dari nabi ibrahim menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patuh bahwa puteranya telah berani mengancam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajaknya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetap dinyatakan dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki seolah tidak ada hubungan di antara mereka.
Ia berkata kepada Nabi Ibrahim as dengan nada gusar :
“Hai ibrahim! berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu dan tidak engkau hentikan suaramu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam satu rumah di bawah satu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau”
Nabi ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya sikap tenang, sebagai anak terhadap ayahnya seraya berkata :
“Oh ayahku, semoga engkau selamat, aku akan tetap memohon ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.”
Lalu keluarlah Nabi ibrahim as meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Kegagalan nabi ibrahim as dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putra yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sadar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak seditpun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang batil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan rasul-Nya
Nabi ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menilai dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim as tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka.
Maka dalil dan alasan yang kosonglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapak dan nenek moyang mereka lakukan dan mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Demikianlah telah dijelaskan tentang Cerita Ayah Nabi Ibrahim Yang Tidak Iman Kepada Allah semoga dapat bemanfaat sehingga menambah wawasan dan pengetahuan kalian.