Fiqih Shalat Hari Raya Pembahasan Terlengkap – Melaksanakan sholat hari raya idul fitri dan idul adha adalah sunnah muakad. Di mana pada rakaat pertama dimulai dengan tujuh kali takbir (selain takbirotul ihrom) sedang rakaat kedua lima takbir. Setelah shalat, dilakukan khutbah hari raya. Adapun shalat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) hukumnya sunnah. Untuk lebih jelasnya simak atikel Pengetahuan Islam mengenai Shalat Hari Raya berikut ini.
Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi’i
Sholat Hari Raya
- Hukum Sholat Hari Raya
- Cara Pelaksanaan Sholat Ied
- Khutbah Lebaran (Ied)
- Pembagian Takbir Hari Raya
Shalat Gerhana Matahari dan Bulan
- Khutbah Gerhana
Sholat Hari Raya
Hukum Sholat Hari Raya
(Pasal) sholat dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha hukumnya adalah sunnah muakkad.
Sholat hari raya disunnahkan untuk berjama’ah bagi orang sendirian, musafir, orang merdeka, budak, huntsa dan wanita yang tidak cantik dan tidak dzatul haiat[1].
Sedangkan untuk wanita lanjut usia, maka sunnah menghadiri sholat hari raya dengan mengenakan pakaian keseharian tanpa memakai wewangian.
Waktu pelaksanaan sholat Ied adalah di antara terbitnya matahari dan tergelincirnya.
Cara Pelaksanaan Sholat Ied
Sholat ied adalah sholat dua rakaat, yaitu melakukan takbiratul ihram dua rakaat tersebut dengan niat sholat idul Fitri atau idul Adha dan membaca do’a iftitah.
Di dalam rakaat pertama membaca takbir tujuh kali selain takbiratul ihram, kemudian membaca ta’awudz, membaca surat Al Fatihah, dan membaca surat setelah Al Fatihah dengan mengeraskan suara.
Di dalam rakaat kedua membaca takbir lima kali selain takbir untuk berdiri, kemudian membaca ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah dan surat Iqtarabat dengan mengeraskan suara.
Khutbah Lebaran (Ied)
Setelah melaksanakan sholat dua rakaat, sunnah melakukan dua khutbah dengan membaca takbir sembilan kali secara terus menerus di permulaan khutbah pertama, dan membaca takbir tujuh kali secara terus menerus di permulaan khutbah kedua.
Seandainya kedua khutbah dipisah dengan bacaan tahmid, tahlil dan puji-pujian, maka hal itu adalah baik.
Pembagian Takbir Hari Raya
Takbir terbagi menjadi dua, takbir mursal, yaitu takbir yang tidak dilaksanakan setelah sholat. Dan takbir muqayyad, yaitu takbir yang dilakukan setelah pelaksanaan sholat.
Mushannif memulai dengan menjelaskan takbir yang pertama. Beliau berkata, “bagi setiap orang laki-laki, wanita, orang yang berada di rumah, dan musafir, sunnah membaca takbir di rumah-rumah, jalan-jalan, masjid-masjid dan pasar-pasar, mulai dari terbenamnya matahari malam hari raya, maksudnya hari raya Idul Fitri.”
Kesunnahan takbir ini tetap berlangsung hingga imam mulai melaksanakan sholat ied.
Tidak disunnahkan membaca takbir setelah pelaksanaan sholat di malam hari raya Idul Fitri. Akan tetapi di dalam kitab al Adzkar, imam an Nawawi lebih memilih bahwa takbir tersebut hukumnya sunnah.
Kemudian mushannif beranjak menjelaskan takbir muqayyad. Beliau berkata, “sunnah membaca takbir saat hari raya Idul Adha setelah melaksanakan sholat-sholat fardlu”, ada’ dan qadla’.
Begitu juga setelah sholat rawatib, sholat sunnah mutlak dan sholat jenazah, mulai waktu Subuh hari Arafah hingga Ashar di akhir hari Tasyrik.
Bentuk bacaan takbir adalah,
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, dan segala puji hanya milik Allah. Allah Maha Besar dengan sesungguhnya. Dan segala puji yang banyak hanyak untuk Allah. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Tidak ada tuhan selain Allah, hanya Allah. Yang Telah membenarkan janji-Nya, Menolong hamba-Nya, memenangkan pasukan-Nya dan mengalahkan musuh-musuhnya hanya dengan sendirian ”.
Shalat Gerhana Matahari dan Bulan
- Sholat Gerhana Matahari dan Sholat Gerhana Rembulan
(Pasal) sholat gerhana matahari dan sholat gerhana rembulan, masing-masing dari keduanya hukumnya adalah sunnah muakkad.
Jika sholat ini telah ditinggalkan, maka tidak diqadla’, maksudnya tidak disyariatkan untuk mengqadla’nya.
Sunnah melakukan sholat dua rakaat karena gerhana matahari dan gerhana rembulan.
Yaitu melakukan takbiratul ihram dengan niat sholat gerhana. Kemudian setelah membaca doa iftitah dan ta’awudz, membaca surat Al Fatihah, ruku’, kemudian mengangkat kepala dari ruku’, lalu i’tidal, membaca surat Al Fatihah yang kedua, kemudian ruku’ kedua yang lebih cepat daripada ruku’ sebelumnya, lalu i’tidal kedua kemudian sujud dua kali dengan melakukan thuma’ninah di masing-masing dari keduanya. Kemudian melakukan rakaat yang kedua dengan dua kali berdiri, dua kali bacaan Al Fatihah, dua ruku’, dua i’tidal dan dua kali sujud.
Dan ini adalah makna dari perkataan mushannif, “di masing-masing rakaat dari kedua rakaat tersebut terdapat dua kali berdiri dengan memanjangkan bacaan di keduanya seperti keterangan yang akan datang.
Dan di masing-masing rakaat terdapat dua kali ruku’ dengan memanjangkan bacaan tasbihnya tidak saat melakukan sujud, maka ia tidak memanjangkan bacaan tasbih sujudnya. Ini adalah salah satu dari dua pendapat. Akan tetapi menurut pendapat yang shahih, bahwa sesungguhnya ia dianjurkan memanjangkan bacaan tasbih sujudnya seukuran panjangnya bacaan tasbih ruku’ sebelumnya.
- Khutbah Gerhana
Setelah sholat gerhana matahari dan rembulan, seorang imam dianjurkan melakukan khutbah dua kali seperti dua khutbah sholat Jum’at di dalam rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
Di dalam kedua khutbahnya, ia mendorong manusia agar bertaubat dari segala dosa-dosa dan melakukan kebaikan berupa sedekah, memerdekakan budak dan sesamanya.
Seorang imam sunnah memelankan bacaannya saat sholat gerhana matahari dan mengeraskan bacaan saat sholat gerhana bulan.
Waktu pelaksanaan sholat gerhana matahari telah habis sebab gerhana telah selesai (matahari kembali seperti semula) dan sebab matahari terbenam dalam keadaan gerhana.
Dan waktu pelaksanaan sholat gerhana rembulan telah habis sebab rembulan telah kembali normal dan sebab terbitnya matahari, tidak sebab terbitnya fajar dan tidak sebab rembulan terbenam dalam keadaan gerhana, maka waktu pelaksanaannya belum habis.
Demikian penjelasan mengenai Fiqih Shalat Hari Raya Pembahasan Terlengkap, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan Anda.