Fiqih Talak Tanjiz dan Talak Muallaq – Jenis talak yang dijatuhkan suami pada istri ada dua yaitu talak tanjiz (munajjaz) dan talak ta’liq (muallaq). Talak tanjiz adalah talak yang diucapkan secara langsung seperti “Kamu aku cerai”. Sedangkan talak muallaq adalah talak kondisional di mana suami menjatuhkan talak bersamaan dengan terjadinya sesuatu di masa depan. Seperti, “Kalau kamu menemui mantan kamu, kamu aku cerai,” maka, cerai akan terjadi apabila istri melakukan larangan tersebut.
Lebih jelasnya simak artikel Pengetahuan Islam mengenai Fiqih Talak Tanjiz dan Talak Muallaq berikut ini.
Fiqih Talak Tanjiz dan Talak Muallaq
Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi’i
Daftar Isi
Bab Talak Tanjiz dan Talak Ta’liq
- Hak Talak Suami
- Istisna’ (Mengecualikan) Dalam Talak
- Talak Muallaq (Ta’liq)
- Syarat-Syarat Pemaksaan
Bab Talak Tanjiz dan Talak Ta’liq
فصل): في حكم طلاق الحر والعبد وغير ذلك (ويملك) الزوج (الحر) على زوجته ولو كانت أمة (ثلاث تطليقات و) يملك (العبد) عليها (تطليقتين) فقط حرة كانت الزوجة أو أمة والمبعض والمكاتب والمدبر كالعبد القن
ويصح الاستثناء في الطلاق إذا وصله به) أي وصل الزوج لفظ المستثنى بالمستثنى منه اتصالاً عرفياً بأن يعدا في العرف كلاماً واحداً، ويشترط أيضاً أن ينوي الاستثناء قبل فراغ اليمين، ولا يكفي التلفظ به من غير نية الاستثناء، ويشترط أيضاً عدم استغراق المستثنى المستثنى منه، فإن استغرقه كأنت طالق ثلاثاً إلا ثلاثاً بطل الاستثناء
ويصح تعليقه) أي الطلاق (بالصفة والشرط) كإن دخلت الدار فأنت طالق، فتطلق إذا دخلت
و) الطلاق لا يقع إلا على زوجة وحينئذ (لا يقع الطلاق قبل النكاح) فلا يصح طلاق الأجنبية تنجيزاً كقوله لها طلقتك، ولا تعليقاً كقوله لها: إن تزوجتك فأنت طالق أو إن تزوجت فلانة فهي طالق (وأربع لا يقع طلاقهم الصبي والمجنون) وفي معناه المغمى عليه
والنائم والمكره) أي بغير حق فإن كان بحق وقع وصورته كما قال جمع إكراه القاضي للمولي بعد مدة الإيلاء على الطلاق، وشرط الإكراه قدرة المكره بكسر الراء على تحقيق ما هدد به المكره بفتحها بولاية، وتغلب وعجز المكره بفتح الراء عن دفع المكره بكسرها بهرب منه، أو استغاثة بمن يخلصه ونحو ذلك، وظنه أنه إن امتنع مما أكره عليه فعل ما خوفه به، ويحصل الإكراه بالتخويف بضرب شديد أو حبس أو إتلاف مال ونحو ذلك، وإذا ظهر من المكره بفتح الراء قرينة اختيار بأن أكرهه شخص على طلاق ثلاث، فطلق واحدة وقع الطلاق،
وإذا صدر تعليق الطلاق بصفة من مكلف، ووجدت تلك الصفة في غير تكليف، فإن الطلاق المعلق بها يقع بها، والسكران ينفذ طلاقه كما سبق.
Hak Talak Suami
(Pasal) menjelaskan hak talak suami yang merdeka, suami yang berupa budak dan permasalahan-permasalahan yang lain.
Suami yang merdeka memiliki hak talak tiga kali atas istrinya walaupun istrinya berstatus budak.
Dan suami yang berstatus budak hanya memiliki hak talak dua kali atas istrinya, baik istrinya berstatus merdeka ataupun budak.
Budak muba’adl, mukatab, dan budak mudabbar itu sama dengan budak yang murni.
Istisna’ (Mengecualikan) Dalam Talak
Istisna’ dalam talak hukumnya sah ketika istisna’ bersambung dengan talak yang diucapkan.
Maksudnya sang suami menyambung lafadz “mustasna (yang dikecualikan)” dengan lafadz “mustasna minhu (yang diambil pengecualiannya)” dengan bentuk penyambungan secara ‘urf, dengan arti kedua lafadz tersebut dianggap satu perkataan secara ‘urf.
Juga disyaratkan suami harus niat mengecualikan sebelum selesai mengucapkan kalimat talak.
Dan tidak cukup mengucapkan pengecualian tanpa disertai niat untuk mengecualikan.
Dan juga disyaratkan yang dikecualikan (mustasna) tidak menghabiskan jumlah yang diambil pengecualiannya (mustasna minhu).
Sehingga, jika menghabiskan seperti ucapan “engkau tertalak tiga kecuali tiga”, maka pengecualian tersebut batal.
Ta’liq (Penggantungan) Talak / Talak Kondisional
Sah menta’liq talak dengan sifat dan syarat. Seperti kata-kata “jika engkau masuk rumah, maka engkau tertalak”, maka sang istri menjadi tertalak ketika masuk rumah.
Talak tidak bisa jatuh kecuali terhadap istri.
Kalau demikian, maka talak tidak bisa jatuh -terhadap seorang wanita- sebelum menikah.
Sehingga tidak sah mentalak wanita lain -bukan istri- dengan bentuk talak secara langsug seperti ucapan seorang laki-laki pada wanita tersebut, “aku mentalakmu.”
Dan juga tidak dengan bentuk talak yang digantungkan seperti ucapan seorang laki-laki pada wanita yang bukan istrinya, “jika aku menikah denganmu, maka engkau tertalak”, atau “jika aku menikah dengan fulanah, maka ia tertalak.”
Orang-Orang Yang Tidak Sah Menjatuhkan Talak
Ada empat orang yang tidak bisa menjatuhkan talak, yaitu anak kecil, orang gila, yang semakna dengan orang gila adalah orang epilepsi.
Orang yang tidur dan orang yang dipaksa menjatuhkan talak, maksudnya dengan tanpa alasan yang benar.
Sehingga, jika pemaksaan tersebut di dasari dengan alasan yang benar, maka jatuh talak.
Bentuk pemaksaan dengan alasan yang benar seperti penjelasan sekelompok ulama’, adalah pemaksaan talak yang dilakukan oleh seorang qadli terhadap suami yang melakukan sumpah ila’ setelah melewati masa ila’.
Syarat-Syarat Pemaksaan
Syarat ikrah / paksaan adalah kemampuan al mukrih (orang yang memaksa), dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, untuk membuktikan ancamannya terhadap al mukrah (orang yang dipaksa), dengan terbaca fathah huruf ra’nya, baik dengan mengandalkan kekuasaan atau kekuatan.
Lemahnya al mukrah (orang yang dipaksa), dengan terbaca fathah huruf ra’nya, untuk melawan / menghentikan al mukrih (orang yang memaksa), dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, baik dengan lari darinya, meminta tolong pada orang yang bisa menyelamatkannya, atau cara-cara sesamanya.
Dan al mukrah (orang yang dipaksa) mempunyai dugaan bahwa sesungguhnya jika ia tidak mau melakukan apa yang dipaksakan padanya, maka al mukrih (orang yang memaksa) akan membuktikan ancamannya.
Pemaksaan bisa hasil dengan ancaman pukulan keras, penjara, merusakkan harta atau sesamanya.
Ketika dari al mukrah (orang yang dipaksa) nampak ada qarinah (petunjuk) bahwa ia melakukan dengan keinginan sendiri, dengan contoh semisal seseorang dipaksa menjatuhkan talak tiga namun kemudian dia menjatuhkan talak satu, maka talak yang ia lakukan sah / jatuh.
Ketika ada orang mukallaf menggantungkan talak dengan sifat dan sifat tersebut baru wujud ketika orang tersebut tidak dalam keadaan mukallaf, maka sesungguhnya talak yang dita’liq dengan sifat tersebut menjadi jatuh.
Orang yang sedang mabuk ketika menjatuhkan talak, maka talaknya sah seperti penjelasan di depan.
Demikian penjelasan Pengetahuan Islam mengenai Fiqih Talak Tanjiz dan Talak Muallaq, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan Anda.